Dalam era digital yang semakin masif, layanan publik mulai merambah ke model super-app — aplikasi serbaguna yang memudahkan hidup. Tapi bagaimana jika yang membuat super-app ini adalah Ikatan Dokter Indonesia (IDI)? Apa jadinya jika dunia kedokteran Indonesia punya platform seperti Gojek, namun khusus untuk kesehatan?
Jawabannya mungkin akan mengguncang sistem layanan medis kita saat ini.
Aplikasi Khusus Kesehatan: “IDI-MedGo”
Bayangkan aplikasi bernama IDI-MedGo, super-app medis yang dibuat dan diawasi langsung oleh IDI. Aplikasi ini bukan hanya alat booking atau video call dokter, tapi ekosistem digital yang menyatukan pasien, dokter, rumah sakit, apotek, hingga data medis nasional.
Fitur Andalan:
Integrasi Data dan Privasi yang Aman
Semua rekam medis terintegrasi, tersimpan dalam cloud nasional milik IDI, dan hanya bisa diakses dengan izin digital dari pasien (misalnya lewat QR Code atau verifikasi biometrik). Privasi dijamin, tapi kecepatan penanganan juga meningkat — terutama di kasus darurat.
Mendorong Akuntabilitas dan Kualitas
Dalam model ini, dokter tidak hanya dinilai dari ijazah, tapi dari user experience. Rating pasien, empati, dan kecepatan respon menjadi metrik performa. Tanpa mengurangi etika profesi, hal ini bisa mendorong pelayanan yang lebih manusiawi dan profesional.
Potensi Tantangan
Tentu bukan tanpa tantangan. Masalah validasi identitas dokter, perlindungan data pribadi, hingga potensi komersialisasi berlebihan perlu diantisipasi. Tapi dengan kontrol penuh dari IDI — bukan swasta — model ini bisa tetap berada di jalur etika dan profesionalisme.
Penutup: IDI Sebagai Pionir Digitalisasi Medis Nasional
Jika benar-benar terwujud, IDI-MedGo bisa menjadi tonggak sejarah digitalisasi layanan kesehatan di Indonesia. Aplikasi ini bukan sekadar teknologi, tapi transformasi budaya pelayanan medis yang lebih cepat, transparan, dan berorientasi pada kebutuhan pasien.